Senin, 29 November 2010

MENCARI DAN MEMETAKAN DIVE POINT

Oleh : Bonifacius Arbanto, ST

Bagi dunia penyelaman istilah dive point sudah sangat familiar. Tapi bagi orang awam pasti akan bertanya-tanya apa itu dive point. Istilah dive point atau titik penyelaman pada hakekatnya adalah suatu lokasi di perairan yang didalamnya terdapat sesuatu obyek yang menarik untuk diselami. Istilah perairan ini terasa lebih tepat karena aktivitas penyelaman tidak selamanya dilakukan dilaut saja. Bila suatau saat kita melihat peta pariwisata dan kita menemukan adanya gambar kotak berwarna merah dengan garis putih melintang secara diagonal (gambar bendera sport diving) maka dapat dipastikan lokasi tersebut adalah sebuah dive point.

Keberadaan suatu dive point tidak lepas dari adanya objek yang menarik dibawah perairan tersebut. Obyek-obyek yang menarik yang terdapat dalam dive point dapat berupa :

1. Biota-biota laut dengan berbagai ukuran dan kekhasan masing-masing.

Contoh : Shark Point – BALI (Ikan Hiu); Manta Point – BALI (Ikan Pari Manta), Killer Whale Diving - Lofoten , Norwegia (orca Diving), Thomas Reef - Straits of Tiran, Red Sea (Terumbu karang)

1. Benda-benda buatan manusia yang sengaja atau tidak sengaja tenggelam/ditenggelamkan disuatu perairan.

Contoh : Tulamben - BALI (bangkai kapal US Liberty – Wreck Dive); Wreck Indonor – Karimunjawa; Blenheim Bomber - Coast of Delimara Malta (bangkai pesawat); Container - Pulau Seribu (Kontainer)


Gambar 1. Blenheim Bomber - Malta

1. Lokasi khas yang terbuat secara alami

Contoh : Turtle Cave – Sipadan (Gua bawah laut – Cave Diving), Payette Lake, Idaho (Lapisan es), Makaha Caverns - Oahu , Hawaii (lava tubes), North Wall – Pembrokeshire, Wales (wall dive), Barracuda Lake - Coron, Palawan - the Philippines (Selam di air tawar dengan suhu yang berbeda tiap lapisan), Concord Falls, Grand Etang Nature Reserve – Grenada (Kolam air terjun)



Gambar 2.Turtle Cave - Sipadan

Hal-hal tersebut menjadikan suatu lokasi penyelaman menarik untuk diselami. Dari gambaran diatas dapat kita ketahui bahwa fungsi utama dari dive point adalah mempermudah penyelam untuk menemukan lokasi selam yang menarik sesuai dengan keinginan, tingkat kesulitan dan tantangan yang dikehendaki.

Dalam penentuan suatu Dive point ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

1. Status lokasi dive point

Yang dimaksud dengan status lokasi dive point adalah status perairan tempat dive point tersebut berada, apakah termasuk dalam daerah konservasi, daerah latihan perang, daerah khusus penelitian, daerah jalur pelayaran kapal, daerah buangan limbah, daerah khusus pariwisata dll. Hal ini penting diketahui karena jangan sampai keberadaan dive point tersebut mengganggu fungsi-fungsi yang sudah ada.

1. Obyek khas dive point

Kunci sukses suatu lokasi dapat menjadi dive point yang menarik adalah apabila lokasi tersebut memiliki sesuatu yang khas, baik yang alami atau sengaja dibuat oleh manusia..

1. Keamanan dive point

Dalam penentuan suatu dive point perlu diperhatikan keamanan para penyelam saat menuju – selama – setelah (termasuk didalamnya mengenai entry dan exit ) melakukan penyelaman dilokasi tersebut. Hal ini sangat penting karena aktifitas penyelaman merupakan aktifitas berbahaya dengan resiko yang tinggi. Guna mencegah akibat-akibat yang tidak diinginkan maka dalam penentuan dive point harus ditentukan juga apakah lokasi tersebut diperuntukan untuk penyelam pemula atau penyelam berpengalaman. Yang tidak kalah penting adalah jalur penyelaman yang aman dari mulai titik masuk (entry) sampai titik muncul dipermukaan.

1. Tingkat Kesulitan Dive Point

Banyak penyelam tertantang untuk menyelam pada dive point dengan tingkat kesulitan tinggi seperti wreck (bangkai kapal), cave (gua), deep, current (arus), ­Zero Visibility. Tingkat kesulitan ini bertambah apabila dilakukan pada malam hari (Night dive). Dengan semakin tinggi kesulitan yang ada maka semakin banyak peralatan tambahan yang dibawa dan tentunya hanya penyelam berpengalaman yang diperbolehkan menyelam dilokasi tersebut.




Gambar 3. Tingkat kesulitan Cave dive

1. Waktu terbaik untuk menyelam di dive point

Aktivitas penyelaman disuatu dive point suka tidak suka tergantung pada kondisi alam terutama musim dan cuaca. Oleh karena itu suatu dive point yang baik harus memiliki data kapan waktu terbaik untuk melakukan penyelaman dilokasi tersebut. Selain itu beberapa obyek khas hanya akan muncul pada malam hari, biasanya merupakan hewan-hewan nocturnal Hal ini penting guna memberikan kepuasan bagi para penyelam yang melakukan penyelaman di dive point tersebut.



Tahapan-tahapan pencarian dan pemetaan dive point

Suatu lokasi tidak akan pernah menjadi dive point apabila orang tidak pernah mengetahui keberadaan lokasi itu dan tidak dilakukan aktivitas penyelaman didalamnya. Oleh sebab itu perlu adanya pencarian dan pemetaan dive point pada lokasi tersebut agar diketahui keberadaan dive point dilokasi tersebut. Dalam proses pencarian dan pemetaan dive point dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut:

1. Pemilihan perairan yang akan dipetakan

Pemilihan lokasi perairan yang akan dicari dive point-nya merupakan langkah pertama yang harus dilakukan. Penentuan ini sangat perpengaruh pada tahap-tahap berikutnya. Dalam penentuan lokasi juga perlu diperhatikan mengenai keamanan lokasi, aksesbilitas, daya dukung lingkungan, nilai jual, sarana dan prasarana.



2. Pemeriksaan Status Lokasi

Periksa status lokasi tersebut , apakah termasuk dalam daerah konservasi, daerah latihan perang, daerah khusus penelitian, daerah jalur pelayaran kapal, daerah buangan limbah, daerah khusus pariwisata dll. Status lokasi dapat kita tanyakan kepada Pemerintah daerah / BTN / BKSDA / Dinas Kelautan dan Perikanan / TNI AL / LSM.



3. Pencarian Informasi Sekunder

Carilah informasi sebanyak-banyaknya mengenai lokasi tersebut dari media (majalah, surat kabar, internet); masyarakat setempat; BTN, LSM; Laporan-laporan penelitian kalangan akademisi, Pemerintah Daerah dan TNI AL. Beberapa contoh informasi-informasi yang dapat menunjang pencarian dan pemetaan dive point :

· Biota khas yang ada (terumbu karang, ikan hiu, anemon, ikan pari manta, kima, penyu dll)

· sejarah obyek (terutama untuk obyek-obyek bawah air buatan manusia, contoh : sejarah tenggelamnya Kapal Indonor di Karimunjawa)

· Parameter lingkungan (pasang surut, kecerahan, gelombang, arus, salinitas, pH, musim dll)

· Daerah-daerah ditemukan banyak ikan (salah satu indikator adanya wreck dilokasi tersebut adalah ditemukannya banyak ikan dengan ukuran besar disekitar lokasi tersebut )



4. Pengiriman Tim Survey

Kirimkan tim survey terlebih dahulu untuk mendapat data awal lokasi. Fungsi lain dari tim survey adalah mempersiapkan segala sesuatunya sebelum kedatangan tim pencarian dan pemetaan dive point. Beberapa hal penting yang harus disiapkan tim survey adalah:

· Keberadaan sarana transportasi menuju daerah pencarian dive point. Sarana transportasi yang dibutuhkan tidak hanya transportasi laut (kapal/perahu) tetapi juga transportasi darat (Mobil/bus/truk/gerobak dll). Bila sudah diperoleh dapat dilakukan negosiasi harga dan mekanisme pemakaian sarana transportasi.

· Keberadaan sumber logistik dan tempat tinggal (Basecamp) yang terdekat dengan lokasi yang akan dicari dive point-nya. Apabila ditemukan sumber logistik dan tempat tinggal (basecamp) yang cukup memadai dan dekat dengan lokasi didaerah maka tim pencari dan pemetaan dive point tidak harus membawa logistik dari daerah asal, cukup bekerjasama dengan masyarakat lokal. Pemberian down payment dan mekanisme penggunaan logistik menjadi salah satu bagai ndari negosiasi dengan masyarakat yang diajak kerjasama. Menjalin kerjasama dari masyarakat lokal sangat penting dilakukan karena sedikit banyak masyarakat lokal tahu tentang kondisi daerah tersebut dan dapat dimintai bantuan apabila terjadi sesuatu.

· Keberadaan sarana pelayanan kesehatan (Rumah sakit/Puskesmas/dokter/mantra dll) terdekat dengan lokasi. Keberadaan sarana kesehatan ini sangat penting apabila terjadi kecelakaan selama proses pencarian dan pemetaan dive point. Keberadaan Camber terdekat harus diketahui dan diperkirakan waktu tempuh dari lokasi menuju Camber. Hal ini bertujuan apabila terjadi sesuatu yang fatal akibat penyelaman dapat segera dilarikan menuju Camber terdekat.

· Hubungi pihak penguasa otoritas daerah tersebut (Kepala Desa, Camat, Kepolisian, Angkatan Laut, BTN dll) untuk meminta izin dan pemberitahuan mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan.

· Carilah informasi dari masyarakat setempat tentang kondisi perairan tempat akan dicari dive point-nya

· Carilah orang setempat yang tahu situasi daerah dan perairan tersebut. Jika memungkinkan orang tersebut pernah menyelami perairan itu (biasanya para penyelam tradisional). Orang setempat tersebut nantinya dijadikan bagian dari tim untuk memandu selama proses pencarian dan pemetaan dive point.

· Lakukan snorkeling / diving disekitar lokasi yang hendak dicari dive point-nya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran kasar yang nantinya akan dipresentasikan dihadapan tim. Jika memungkinkan tentukan posisi entry dan exit temporal untuk panduan tim. Jangan lupa catat setiap hasil pengamatan yang ada dan beri tanda (bisa menggunakan GPS) lokasi tersebut.



5. Pembentukan Tim

Keberhasilan suatu kegiatan tergantung dari tim yang melaksanakan. Oleh karena itu dalam seleksi pemilihan anggota tim perlu dilakukan dengan seksama dengan pertimbangan yang matang. Sikap profesionalisme masing-masing calon anggota tim sangat dibutuhkan, karena ketika seorang calon anggota tim tidak dapat menjadi anggota tim maka dia dengan jiwa besar harus tetap mendukung dan membantu persiapan tim. Begitu pula dengan calon yang ditetapkan menjadi anggota tim harus bersikap profesional dalam mengemban tanggungjawab melaksanakan kegiatan. Sebagai gambaran ideal dalam suatu tim dibutuhkan individu dengan kemampuan sebagai berikut :

· Anggota tim penyelam wajib mempunyai kemampuan selam yang baik terutama dalam pengaturan buoyancy dan penguasaan alat SCUBA dan peralatan tambahan.

· Terdapat beberapa orang yang dapat menjadi leader selam. Leader selam yang baik dapat membaca lokasi penyelaman dan mampu bertindak cepat apabila terjadi masalah selama proses penyelaman.

· Terdapat banyak anggota tim yang menguasai metode pengukuran dan identifikasi obyek khas dari suatu dive point. Contoh: apabila obyek khas dive point berupa terumbu karang maka sebagian besar anggota tim harus dapat melakukan transek dan identifikasi karang; jika obyek khas berupa Wreck maka sebagian besar anggota tim harus menguasai teknik pengukuran dan identifikasi bagian-bagian Wreck tersebut.

· Minimal satu orang yang dapat menggunakan GPS, kompas dan membaca peta.

· Terdapat anggota tim yang dapat mengukur parameter lingkungan.

· Dalam tim harus ada seseorang yang dapat merekap data yang telah diperoleh dan mampu melaporkan saat rapat evaluasi dan perencanaan penyelaman.

· Terdapat anggota tim yang menguasai masalah perbaikan SCUBA dan kompresor. Personel ini mutlak harus ada karena ketika dilapangan akan selalu timbul permasalahan dengan peralatan. Jangan sampai kegiatan gagal karena kerusakan alat.

· Terdapat sedikitnya satu orang drafter yang dapat menggambarkan kondisi dive point. Drafter ini berfungsi mengambarkan kondisi dive point yang hasilnya dapat digunakan pada saat evaluasi, perencanaan selam berikutnya dan pembuatan laporan akhir. Keberadaan drafter yang memiliki kemapuan pemetaan obyek sangat mutlak untuk pencarian dive point yang berupa wreck atau Cave

· Terdapat anggota tim yang menguasai P3K, bila memungkinkan adalah dokter atau perawat yang bergabung dengan tim.

· Apabila logistik dari masyarakat lokal tidak dapat diperoleh. Maka dibutuhkan anggota tim yang mampu membuat logistik untuk tim. Hal ini penting karena aktivitas penyelaman membutuhkan energi yang banyak, sehingga dibutuhkan makanan dan minuman yang dapat menunjang kesehatan anggota tim. Untuk mempermudah dalam penyediaan bahan makanan dan minuman instant cukup membantu dalam proses penyediaan logistik tim.



6. Kajian Hasil Survei & Pembekalan Tim

Bedasarkan hasil survey dan pengolahan data sekunder maka disusunlah suatu kajian dan strategi dalam pencarian dan pemetaan dive point. Kajian itu meliputi kelayakan lokasi untuk dicari dive point-nya, waktu yang tepat untuk pelaksanaan kegiatan, tingkat keamanan, kebutuhan dan, jumlah personil, jumlah peralatan, kemungkinan kendala yang muncul dilapangan. Dalam kajian juga ditentukan jumlah dive point yang akan dibuat dan lama waktu kegiatan, hal ini penting dilakukan sebagai acuan pembuatan strategi. Berdasarkan hasil kajian maka disusunlah strategi yang tepat sehingga kegiatan pencarian dan pemetaan dive point dapat berlangsung efektif, efesien dan aman. Strategi ini akan dipaparkan pada saat pembekalan materi dan teknik.

Pembekalan dilakukan minimal sebulan sebelum tim pencarian dan pemetaan dive point diterjunkan, masing-masing individu harus dibekali dengan teknik dan materi yang akan dimanfaatkan dalam proses pencarian dan pemetaan dive point. Selain pembekalan perlu juga diadakan simulasi-simulasi dan skenario apabila terjadi suatu masalah dilapangan. Dengan adanya pembekalan materi dan teknik yang baik diharapkan tim yang berangkat dapat mengatasi segala masalah yang timbul. Jangan lupa dalam proses pembekalan ini perlu ditentukan pembagian kelompok kerja dan sistematika kerja serta jadwal penyelaman.



7. Persiapan Peralatan

Kesiapan teknik dan materi yang dimiliki oleh tim pencarian dan pemetaan dive point tidak ada gunanya apabila tidak didukung oleh peralatan yang memadai. Dalam pencarian dan pemetaan dive site terdapat peralatan standar yang harus dibawa (lihat Tabel 1), jumlah masing-masing item yang dibawa harus disesuaikan dengan jumlah anggota tim, jenis penyelaman, tingkat kesulitan lokasi, keberadaan toko peralatan terdekat dan lama kegiatan. Untuk berjaga-jaga sebaiknya masing-masing item harus ada cadangannya, terlebih apabila lokasi kita terpencil dan aksesnya susah dituju.






Gambar 4. Peralatan Pendukung



NB : - Peralatan yang tercantum diatas adalah peralatan standar, untuk obyek dive point yang khusus harus ditambah dengan peralatan pendukung lainnya.

- Apabila harus memasak sendiri bawalah peralatan masak yang sederhana dan multifungsi serta bahan-bahan yang mudah memasaknya (instant)



Setiap peralatan yang dibawa harus dicek sebelum dan setelah pemakaian. Hal ini bertujuan agar setiap kerusakan yang timbul sedini mungkin diketahui dan dapat diatasi.



8. Pelakasanaan Pencarian dan Pemetaan Dive Point

Setibanya dilokasi ketua tim segera melapor kepihak otoritas wilayah sedangkan anggota lain dapat menuju basecamp yang telah dipersiapkan tim survey. Penempatan dan penghitungan ulang peralatan selam dan kompresor menjadi prioritas utama yang harus dikerjakan setelah sampai di basecamp. Untuk BCD dan regulator dapat digantung atau diletakan diatas matras (terlindungi dari pasir dan sianr matahari langsung) Masker, snorkel dan fin dapat diletakkan diatas matras atau terpal dimana lokasi peletakan harus terlindung dari sinar matahari langsung. Petugas kompresor segera mencari lokasi untuk pengisian tabung dan mempersiapkan untuk mulai pengisian. Lokasi yang dipilih sebaiknya agak jauh dari pemukiman dan tidak dibawah pohon apabila pengisian tabung dilakukan malam hari (dapat menimbulkan keracunan CO2).

Rapat koordinasi merupakan acara yang wajib dilakukan dimana biasanya dilakukan malam hari setelah makan malam, rapat ini berisi mengenai perencanaan untuk kegiatan esok harinya dan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Sebelum proses rapat dilaksanakan semua data harus direkap terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar dalam rapat nanti dapat diketahui secara jelas apa yang telah dapat dan kekurangan apa yang harus diperbaiki.

Pengisian tabung dan persiapan perlatan yang akan dibawa dilakukan setelah rapat koordinasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan U/W kamera atau video adalah keberadaan film/kaset, baterai, kondisi karet sil, pemakaian silicon grease, lampu. Sebaiknya hanya beberapa anggota saja yang diperkenankan mengoperasikan dan merawat U/W kamera atau video. Hal ini penting dilakukan untuk memperkecil kemungkinan rusak.





Gambar 5. Under Water Video with double side lamp

Kegiatan pemanasan (olah raga) wajib dilakukan dilakukan setiap pagi hari oleh setiap anggota tim tanpa kecuali. Sering kali anggota tim malas untuk melakukan pemanasan dengan alasan masih mengantuk tetapi alasan ini tidak dapat ditolelir. Pemanasan bagi seorang penyelam mempunyai arti penting karena dengan pemanasan resiko-resiko kram (kejang otot), cedera, flu dsb dapat ditekan. Ketika seorang anggota tim tidak melakukan pemanasan dan pada saat menyelam mengalami kram/cidera yang pada akhirnya pasti akan mengganggu kinerja tim. Oleh karena itu pemanasan mutlak bagi setiap anggota tim. Sembari melakukan pemanasan setiap anggota tim wajib melaporkan kondisi kesehatan masing-masing. Hal ini berkaitan dengan jadwal penyelaman yang sudah dibentuk, apabila ternyata anggota tim yang harus menyelam ada yang sakit maka harus ada penggantinya.

Sebelum menuju ke titik penyelaman bagian peralatan mendata dan mencatat kondisi peralatan yang akan digunakan terlebih dahulu. Sebaiknya selama didarat SCUBA telah di setting oleh para penyelam yang akan turun pertama. Hal ini bertujuan agar penyelam dapat mencocokan ukuran BCD dengan badannya masing-masing.

Anggota tim sebaiknya menggunakan kapal/perahu/rubber boat untuk mencapai lokasi tersebut, hal ini bertujuan untuk menghemat tenaga dan waktu. Pengaturan posisi peralatan dan anggota tim didalam kapal perlu diperhatikan dengan baik. Hal ini bertujuan selain untuk keamanan selama perjalanan dan efektifitas saat pemakaian alat. Ketika hendak menuju lokasi perhatikan kondisi cuaca saat itu.. Bila dirasa cuaca kurang baik dan berpotensi timbul badai atau ombak besar maka sebaiknya pemberangkatan ditunda sampai cuaca membaik. Pertimbangan ini penting untuk diperhatikan karena keselamatan tim menjadi prioritas utama.

Ketika sampai dilokasi maka proses kegiatan yang dilakukan dapat dijelaskan secara garis besar sebagai berikut :

a. Turunkan dua orang untuk melakukan mantatow keberadaan obyek sesuai dengan koordinat hasil survey. Sebaiknya salah satu yang melakukan mantatow adalah orang yang ikut dalam tim survey.

b. Berdasarkan laporan tim mantatow, jika lokasi tersebut diperkirakan terdapat obyek yang dikehendaki sebagai obyek khas calon dive point maka turunkan beberapa penyelam untuk mempersiapkan pengambilan data dan memantau keadaan obyek secara umum. Contoh: menggelar line transek (obyek khas terumbu karang), memasang pelampung tanda stasiun (obyek khas wreck dan Cave).

c. Anggota tim yang bertugas untuk mengukur parameter lingkungan dapat mulai pengambilan data dan dilakukan pula penetapan kordinat menggunakan GPS. Perlu diingat setiap setiap pengambilan data harus dicatat pula jam pengambilan data dan dilakukan ulangan minimal 3 kali.

d. Tim pengambilan data diterjunkan setelah mendengar laporan dari tim persiapan pengambilan data (nomor b). Data yang diambil disesuaikan dengan obyek khas dilokasi tersebut dan obyek tambahan. Bersama tim ini diterjunkan pula anggota tim yang bertugas melakukan pengambilan gambar atau video termasuk didalamnya drafter yang menggambar sketsa obyek dan lingkungan sekitarnya. Pada proses ini biasanya dilakukan lebih dari satu trip. Jika memungkinkan diambil pula data-data obyek lokasi tersebut pada malam hari. Karena pada malam hari biota-biota nocturnal menampakan diri, sehingga data-data yang diperoleh lebih lengkap.

e. Berdasarkan data-data yang diperleh, mulailah disusun letak entry, jalur penyelaman dan exit dilokasi dive point tersebut. Ketika letak-letak tersebut sudah tersusun dengan rapi maka sebagai uji coba dive point tersebut turunkan beberapa penyelam yang terbagi dalam beberapa trip untuk mencoba jalur dive point yang dibuat termasuk pengujian entry, exti, dan keberadaan obyek tambahan. Jika laporan tim penguji menyatakan jalur tersebut sudah layak sebagai untuk sebuah dive point maka jalur tersebut dipetakan dan dicatat koordinat entry dan exit-nya.



Proses pembentukan satu dive point jarang sekali dapat diselesaikan dalam satu hari, hal ini tergantung dengan besar kecil dive point yang akan dibuat.

Kegiatan penyelaman setiap hari sebaiknya diakhir sekitar jam 4 sore , hal ini bertujuan supaya tim masih punya waktu untuk membersihkan dan mengeceknya alat. Pembersihan dan pengecekan alat wajib dilakukan dengan tujuan agar sisa-sisa garam yang ada di alat dapat hilang dan apabila terdapat kerusakan dapat segera diperbaiki. Jika dengan menghentikan penyelaman jam 4 sore dirasa mengurangi waktu penyelaman maka langkah yang bijaksana adalah kegiatan penyelaman dimulai lebih pagi dan kegiatan tetap berakhir jam 4 sore.

Apabila ada penyelaman malam hari, pastikan semua alat dalam kondisi baik dan penyelam yang boleh melakukan penyelaman malam adalah penyelam yang berpengalaman (bersertifikat). Sebaiknya tiap penyelam wajib membawa masing-masing satu senter dan leader membawa minimal 2 senter (1 senter utama dan 1 senter cadangan). Dalam penyelaman malam (Night dive) jumlah anggota yang menyelam tiap tripnya jangan terlalu banyak sekitar 5-6 orang saja. Hal ini penting dipehatiakan terutama menyangkut masalah keselamatan penyelam.

Setelah semua proses pendataan, pengujian dan pemetaan pada sebuah dive point selesai dilakukan tindakan selanjutnya adalah penamaan dive point tersebut. Penamaan biasanya didasarkan pada obyek khas pada dive point tersebut atau nama-nama lain sesuai dengan kesepakatan dan pertimbangan tim.





9. Evaluasi kegiatan

Evaluasi kegiatan secara menyeluruh dilakukan setelah kegiatan selesai dilakukan. Evaluasi ini bertujuan untuk melihat apakah kegiatan tersebut sudah sesuai dengan apa yang direncanakan dan hasil yang ingin didapatkan. Tingkat keberhasil suatu kegiatan dapat dilihat dengan membandingkan antara parameter keberhasilan yang sudah disusun dalam proposal dengan kenyataan yang telah dilakukan. Selain itu kendala-kendala yang timbul selama kegiatan berlangsung termasuk hal yang dievaluasi. Hasil evaluasi ini dimasukan kedalam laporan pertanggungjawaban sebagai suatu rekomendasi untuk kegiatan pencarian dan pemetaan dive point selanjutnya



10. Pembuatan Laporan & Publikasi Hasil

Hasil-hasil yang diperoleh dari data primer dan sekunder selanjutnya diolah dan dibuat dalam bentuk laporan. Laporan ini terdiri dari laporan pertangungjawaban kegiatan dan laporan teknis mengenai dive point tersebut. Laporan pertanggungjawaban kegiatan adalah laporan yang berisi tentang segala sesuatu tentang kegiatan ini, mulai dari maalah keuangan, pelaksanaan kegiatan, hasil kegiatan, dll. Laporan ini sebaiknya diserahkan kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan kegiatan ini seperti : Intansi/lembaga tempat tim bernaung, Instansi/lembaga pemberi dana, otoritas daerah tempat pelaksanaan kegiatan, sedangkan laporan teknis mengenai dive point hanya berisi mengenai data-data teknis mengenai dive point dan sejarahnya yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan untuk menyelam dilokasi tersebut. Selain itu laporan ini nantinya yang akan dipublikasikan baik di internet, majalah, surat kabar dll. Salah satu contoh mengenai laporan teknis mengenai dive point dapat dilihat dilampiran.



DAFTAR PUSTAKA ARTIKEL DAN GAMBAR



Gambar 1. Blenheim Bomber – Malta © Jeffrey Pappalardo (Dive Guide)

Gambar 2. Turtle Cave – Sipadan © Rik Vercoe (BSAC Advanced Instructor)

Gambar 3. Tingkat kesulitan Cave dive © Johnny Richards

Gambar 4. Peralatan Pendukung © www.AdvancedDiverMagazine.com

Gambar 5. Under Water Video with double side lamp © ScubaCam Pte Ltd



Contoh Laporan mengenai dive point



JUDUL DIVE POINT



Nama dive point :

Lokasi :

Status Wilayah :

Tim Penyusun :

Tanggal pengambilan data :

Obyek khas :

Obyek tambahan :

Posisi entry :

Pasang surut :

Salinitas :

pH :

Waktu terbaik penyelaman :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar